Saturday, January 2, 2010

Masihkah kau ingat?



Kita ini terbahagi kepada dua bahagian kelompok. Di mana di satu bahagian itu diterangi manakala satu bahagian lagi berada dalam kegelapan. Sudahkah kita bertanya, kita kini berada di bahagian yang mana? Cahaya atau kegelapan? Dalam kehidupan ini, kita tidak dapat lari dari kedua – dua kelompok ini. Kadang – kadang, tanpa kita sedari kita telahpun melalui hari – hari yang berlalu dengan langkah longlai, sepi tidak bermaya. Seorang ulama pernah menitipkan nasihat buat si anak didiknya. Sedangkan di alam ini telah terdampar berjuta harapan, maka janganlah mengarahkan langkah ke jalan kebuntuan, jangan dipandang kepada arah kegelapan…sedangkan di alam ini telah terdapat banyak cahaya. Hanya orang yang bersikap positif sahaja yang dapat menilai kata – kata hikmah ulama ini.
Mudahan Allah menyatukan hati – hati yang berkumpul ini dalam jalanNYA.
Hari – hari yang berlalu tidaklah semuanya mengembirakan dan keberhasilan dalam mencapai hajat di hati. Terkadang, wujudnya perasaan hampa apatah luluh di jiwa. Tanpa mampu terkata apa yang terjadi. Di saat kehampaan itu, nafsu menguasai tanpa disedari. Mulalah syaitan beraksi. Lupa seketika nikmat iman dan islam. Apatah lagi nikmat ketenangan dan kebahgiaan. Seseorang itu boleh berubah dalam sekelip mata jika lupa siapa dirinya. Siapa penciptanya. Untuk apa dia diciptakan. Namun seberapa ramai orang yang memikirkan hal ini? Mungkin telah terlalu lama dia melupakan perkara ini. Mungkin tidak. Di manakah ketenangan dan kebahgiaan? Adakah dengan memiliki kejayaan? Mengejar dunia apatah terjadi pada akhiratnya? Pertanyaan demi pertanyaan mungkin mampu membuka minda kita dalam melihat diri kita. Kelemahan dan kekuatan akan dapat diketahui setelah kita sendiri mampu mengoreksi diri sendiri. Jika kita mampu mengenal diri maka kita akan mampu mengawal diri kita dengan berkat hidayah petunjuk Allah swt.


Seawal penciptaan kita, hakikatnya kita telahpun mengenal Tuhan yang telah menciptakan kita. DIAlah Sang Maha Pencipta, tidaklah DIA membiarkan kita tidak mengenalNya, melainkan telah “menuliskan” namaNya di dalam diri kita sehingga kita mudah mengenalNya dan menghubungiNya. Siapakah Dia, Sang Maha Pencipta kita itu? Dialah Allah, yang Maha Esa, yang sampai bilapun kita akan tetap bergantung hidup kepadaNya. Adakah kita masih mengingati dulu, ketika kita baru saja diciptakan oleh Allah ? Tentu kita masih ingat bukan? Jika tidak, mari kita sama – sama kembali mengimbau keaadan ketika itu. Pada masa itu, yang kita tahu, “tak ada orang lain selain Allah dan diri kita”, yang baru saja selesai diciptakan. Saat itu, tak ada yang lain selain Allah dan diri kita. Kita sendirian bersama Allah. Ketahuilah bahwa DIA telah berpesan kepada kita agar selalu ingat akan hal ini:
“...Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali ?” (QS 19:67)
Ketika di dalam kesendirian dan hanya bersama Allah itu, telah terjadi dialog antara Sang Maha Pencipta di antara kita : “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?”, tanya Allah kepada kita. “Betul, aku menyaksikan (baru saja Engkau menciptakanku)”, jawab kita saat itu. Begitulah tercatat di dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raaf[7] ayat 172. Itulah yang dituliskan Sang Maha Pencipta di dalam diri kita, yang selamanya kita tidak akan melupakan. Dia menuliskan namaNya, agar kita berupaya memanggilNya setiap kali kita memerlukanNya. Dan kita sememangnya memerlukanNya setiap saat.
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (QS 55:29).
Di mana kita bertanya, Al quran menjawab buat kita. Adalah sangat layak dan tiada yang lebih layak bahwa kita hanya mengabdi kepada Allah dan kepada-Nya juga kita mengharapkan segala pertolongan. Al quran lah surat cinta daripada Allah buat kita.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails